HAMPIR satu setengah abad yang lalu-tepatnya pada tahun 1863-seorang pemuda belia Swedia yang gemar mengorak-arik unsur-unsur senyawa dalam zat kimia-Alfred Bernhard Nobel (1835-1896) namanya-menemukan elemen-elemen nitrogliserin yang dapat meletup-letup dahsyat bila dicampur dengan serbuk mesiu yang biasa dipakai untuk senjata api. Tiga tahun kemudian (1866), dia mengembangkan temuannya lebih lanjut dalam bentuk proyeksi alat ledak yang lebih dahsyat: dinamit! Tujuan utamanya adalah membuat alat pembangunan untuk kesejahteraan umat manusia. Melalui temuannya itu ia mendapat banyak uang dari hak paten atas hasil karyanya yang ternyata bisa sangat efektif untuk tujuan- tujuan pembangunan. Ia baru sadar kemudian bahwa temuannya itu telah disalahgunakan banyak orang sebagai alat pembunuh sesama manusia dalam bentuk senjata dinamit pemusnah massal, yang kini kita kenal sebagai : bom! Demikianlah kita tahu bahwa berbeda dengan pisau, belati, keris, pedang, dan bedil sekali pun, bom dapat membunuh ratusan, ribuan bahkan jutaan manusia hanya dengan sekali booomm.! Tepat 58 tahun yang lalu bom terkutuk Amerika si Little Boy meluluh-lantakkan Hiroshima dan Nagasaki dengan membawa korban dan kesengsaraan jutaan manusia hingga saat ini. Belum setahun berlalu, ingatan kita masih terhantui ledakan bom dahsyat di Bali yang menewaskan ratusan orang dan ribuan penderita lainnya. Belum setengah tahun lalu bom-bom Amerika-Inggris dan sekutu mereka memorak-porandakan Baghdad dan kota-kota peninggalan peradaban Irak lainnya dengan korban manusia tak terbilang. Dan kini, 5 Agustus 2003-seperti hendak mengingatkan kembali pada tragedi Hiroshima-Nagasaki 58 tahun silam, 6 Agustus 1945-bom lebih kecil, tetapi sama terkutuknya diledakkan di Jakarta dengan membawa korban yang tak boleh dihitung hanya sebagai bilangan angka semata-mata. KINI setiap tahun ada penganugerahan hadiah Nobel oleh sebuah komite terpilih yang dinaungi Kerajaan Swedia. Hadiah itu diberikan sebagai dukungan bagi upaya kemajuan peradaban dunia demi nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian. "Kemajuan peradaban dunia demi nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian" agaknya harus selalu digarisbawahi. Bukan "kemajuan peradaban demi kebiadaban dan penghancuran dunia". Mengapa? Karena kecenderungan tentang pernyataan hal terakhir inilah yang kini justru lebih kuat dipresentasikan dalam berbagai praktik tindak kekerasan sehari-hari. Tindak kekerasan itu berlangsung kapan dan di mana pun dalam berbagai cara yang tak terbatas. Alfred Nobel di dunia sana pastilah menangis dengan rintihan penyesalan tiada tara bahwa hasil temuannya telah disalahgunakan cucu-cucu sang pendosa Adam dan Hawa- jauh lebih berdosa dari "kakek nenek" mereka! Adam dan Hawa tidak membunuh siapa pun. Tetapi, cucu-cucu mereka-manusia modern-membunuhi apa dan siapa saja di sembarang tempat dan waktu, tanpa penyesalan dan rasa bersalah. Manusia masa kini tidak hanya membunuh dengan pisau, belati, keris, pedang, dan bedil. Bom dalam berbagai model dan efek destruktifnya telah menjadi senjata saling memusnahkan. Senjata barbar manusia modern yang kejam dan tak mengenal belas kasih Namun, bom juga bukan hanya sekadar senjata pemusnah. Bom adalah alat pemaksa ideologi. Dengan bom orang hendak mencapai maksud dan tujuan. Dengan bom orang hendak meraih ideal dan cita-cita hidup. Dengan bom orang hendak membangun perdamaian dunia, demokrasi, dan kesejahteraan duniawi. Inilah agama baru manusia masa kini : ideologi bom! Dengarlah pernyataan Bush-Blair, Howard, dan sekutu mereka. Dengarlah pernyataan lawan-lawan mereka yang terstigma sebagai kelompok teroris, fundamentalis, dan ekstremis. Kedua belah pihak menjalankan agama baru: ideologi-bom. Mereka tak mau berdamai. Mereka hanya mau saling bunuh dan mengalahkan. Tak peduli kita orang baik-baik menjadi korban di tengah perkelahian mereka yang tidak beradab dan sia-sia. Ideologi bom telah menjadi agama baru masa kini!
0 komentar:
Posting Komentar