Pages

Minggu, 21 Agustus 2011

Informasi Seputar RudaL


Di dalam era perang modern yang sarat teknologi militer canggih saat ini, teknologi peluru kendali (rudal) memainkan peran yang penting dan strategis. Rudal menjadi penting dalam satu peperangan karena mempunyai kemampuan menjangkau posisi pihak lawan yang sangat jauh sekaligus menghancurkannya. Berbagai macam jenis rudal dikelompokkan dalam 4 tipe kategori yaitu permukaan ke udara (surface to air), udara ke udara (air to air), udara ke permukaan (air to surface) dan permukaan ke permukaan (surface to surface). Salah satu rudal yang telah memiliki “pamor” adalah rudal Patriot (MIM-104) milik Angkatan Bersenjata Amerika Serikat yang dinilai berhasil melaksanakan tugasnya semasa Perang Teluk (Persian Gulf War) dan Perang Irak (Operation Iraqi Freedom) tahun 2003. Sebenarnya ide teknologi Patriot sudah dirintis sejak akhir tahun 60-an, merupakan kombinasi kemampuan sistem radar phased array dan sistem kendali rudal track-via-missile guidance. Namun baru pada tahun 1976 ide tersebut dapat terwujudkan dan tahun 1984 dioperasikan pertama kali oleh Angkatan Bersenjata Amerika dengan fungsi sebagai sistem senjata anti pesawat terbang. Istilah Patriot sendiri berasal dari singkatan Phased Array TRacking to Intercept Of Target.

Sekilas Rudal Patriot

Rudal Patriot yang mempunyai “call sign” MIM-104, merupakan tipe rudal jarak menengah permukaan ke udara (medium range surface to air missile) yang dapat beroperasi di segala cuaca dan medan. Oleh Angkatan Bersenjata Amerika, Rudal Patriot dijadikan sebagai bagian dari sistem pertahanan udara dengan “tugas pokoknya” menghancurkan rudal lawan (counter tactical ballistic missiles) atau menghancurkan obyek udara lainnya, seperti pesawat terbang dan sebagainya. Rudal Patriot dibuat oleh dua perusahaan spesialis persenjataan militer yaitu Raytheon di Massachusetts dan Lockheed Martin di Florida, Amerika Serikat. Rudal Patriot merupakan Rudal andalan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (dan sekutunya) serta memainkan peranan penting dalam memenangkan suatu kancah peperangan. Saat ini Rudal Patriot digelar di beberapa negara di luar Amerika Serikat, yaitu di Jerman, Yunani, Israel, Jepang, Kuwait, Belanda, Saudi Arabia, Taiwan dan Mesir. Rudal Patriot mendapat nama harum ketika digunakan dalam berbagai operasi selama Perang Teluk, saat itu Rudal Patriot (tipe PAC-2) yang digelar di Kuwait berhasil menghancurkan sejumlah Rudal Scud milik Irak di udara, walaupun ada beberapa juga yang meleset dari target. Sehingga Rudal PAC-2 kemudian di upgrade menjadi rudal PAC-3 dan Rudal GEM+ (Guidence Enhanced Missiles) dengan sistem radar dan kendali Rudal yang lebih akurat dan canggih, berdaya jangkau hingga 300 km. Rudal Patriot pertama kali digunakan dalam perang pada tanggal 18 Januari 1991, ketika satu Rudal Patriot sukses mengintersepsi sekaligus menghancurkan satu Rudal Scud milik Irak di atas udara Saudi Arabia. Bisa dikatakan bahwa saat itulah pertama kalinya terjadi perang Rudal melawan Rudal.

Kemampuan Teknis Rudal Patriot

Rudal Patriot dilengkapi sistem pengendalian Rudal TVM (Track-Via-Missiles) memiliki kemampuan mengidentifikasi sekaligus 100 target Rudal atau obyek udara yang berbeda dan siap diluncurkan dalam waktu kurang dari 9 detik.

Gambar 1.
Pertempuran di langit Rudal Patriot VS Rudal Scud saat Perang Teluk (photo: www.army-technology.com)



Gambar 2.
Rudal Patriot in Action

Satu stasiun sistem Rudal Patriot terdiri dari 4 komponen, yaitu sistem radar phase array AN/MPQ-53 (G-band system) berfungsi sebagai “detection to kill” dilengkapi sistem IFF (Identifying Friend or Foe), satu kotak peluncur Patriot terdiri dari 4 buah Rudal PAC-2 (kemudian di upgrade menjadi PAC-3) ditarik kendaraan M-860 semi-trailer seberat 5 ton, satu ruang pusat pengendalian Engagement Console Station (ECS) AN/MSQ-104 dengan awak operatornya dan sistem komunikasi dengan antena Mast 4 kW UHF yang menyatu dengan kendaraan pengangkut. Sementara satu stasiun Patriot dapat terdiri dari 8 kotak peluncur sehingga memiliki total Rudal sebanyak 32 yang siap dioperasikan. Sistem radar Patriot dikenal tercanggih saat ini terutama untuk kemampuan sistem tracking obyek udara yang menjadi targetnya. Secara teknis, Rudal PAC-2 memiliki panjang 5,31 meter dengan berat 900 kg berbahan bakar solid-fueled, memiliki kecepatan 5 kali kecepatan suara (mach 5) dan dilengkapi dengan hulu ledak seberat 91 kg. Sementara PAC-3 posturnya lebih ramping namun lebih akurat dengan daya jangkau sampai 300 km di ketinggian maksimum 24 km.

Cara Kerja Sistem Rudal Patriot

Seperti terlihat pada gambar 4, cara kerja sistem Rudal Patriot adalah sebagai berikut: Pertama, radar phased array “menyapu langit” untuk mendeteksi adanya obyek udara (target) yang mengancam, sekaligus mengidentifikasi apakah obyek tersebut kawan sendiri atau merupakan rudal, pesawat tempur atau pesawat tanpa awak milik lawan. Berikutnya, setelah target terdeteksi dan teridentifikasi maka sistem komputer Patriot membuat data tracking Rudal target seperti data tentang speed, altitude & heading. Kemudian sistem radar dan komputer memantau terus menerus pergerakan Rudal target, dan selanjutnya operator akan memilih jenis Rudal apa yang akan diluncurkan, apakah Rudal PAC-3 atau GEM+. Langkah berikutnya, operator meluncurkan Rudal dari kotak peluncur (missile launcher) dalam waktu kurang dari 9 detik, setelah Rudal meluncur dari tabung peluncur, sepenuhnya akan dipandu oleh sistem radar dan sistem kendali TVM menuju target. Rudal yang diluncurkan tersebut kemudian akan “membaca” sinyal data pergerakan Rudal target dan meneruskan sinyal tersebut ke control station.
Sehingga sistem komputer sekarang tahu secara akurat posisi dari Rudal Pariot maupun Rudal lawan. Terakhir, kalau Rudal yang dipilih operator adalah GEM+ (4 Rudal per launcher) maka warhead Rudal GEM+ akan meledak dekat Rudal target sekaligus menghancurkannya. Apabila Rudal PAC-3 (16 per launcher) yang dipilih operator, maka sifat dari Rudal tersebut adalah direct hit atau langsung menubrukan dirinya ke Rudal target (sasaran).
Kisah Sukses & Kegagalan Rudal Patriot

Berbagai kisah sukses diraih Rudal Patriot selama Perang Teluk (Persian Gulf War) tahun 1991 dan Perang Irak (Operation Iraqi Freedom) tahun 2003, di antaranya berhasil mengintersepsi dan menghancurkan puluhan Rudal Scud atau Rudal Al Husein milik Irak di atas udara Saudi Arabia, Kuwait dan Israel. Hal tersebut secara psikologi menaikkan moril pasukan sekaligus meruntuhkan moril pasukan Irak. Namun di balik kisah suksesnya, Rudal Patriot juga mengalami beberapa kisah kegagalan. Contohnya, pada tanggal 25 Februari 1991 satu Rudal Scud Irak berhasil lolos dari cegatan Rudal Patriot dan langsung menghantam barak militer sekutu di Dahran Saudi Arabia, akibatnya sebanyak 28 tentara Amerika dari US Army 14th Quartermaster Detachment tewas seketika. Kegagalan berikutnya terjadi pada Perang Irak tahun 2003 (Operation Iraqi Freedom), ketika satu pesawat Tornado Angkatan Udara Inggris dan satu pesawat F/A-18 Hornet Angkatan Laut Amerika yang notabene merupakan kawan sendiri, “berhasil” diintersepsi dan dihancurkan oleh Rudal Patriot. Hal tersebut terjadi karena kesalahan sistem identifikasi IFF Radar Patriot. Sedangkan kisah unik lainnya, ketika satu pesawat F-16 Angkatan Udara Amerika juga salah mengidentifikasi satu stasiun Rudal Patriot karena dianggap sebagai baterai Rudal SA-2 milik Irak, selanjutnya dapat diterka pesawat F-16 meluncurkan Rudal AGM-88 HARM yang kontan meluluh lantakkan stasiun Rudal Patriot tersebut. Namun di balik beberapa kisah kegagalan tersebut, Presiden George W. Bush mengklaim bahwa Rudal Patriot memiliki tingkat kesuksesan hingga 90% selama masa perang. Sedangkan Israel sebagai sekutu AS yang kecewa tidak diperbolehkan membeli Rudal Patriot malah membuat sendiri Rudal mirip Patriot dengan nama Rudal Arrow.

Bagaimana Dengan Teknologi Rudal di Indonesia?

Sebenarnya teknologi pembuatan Rudal atau roket di Indonesia sudah dirintis sejak awal tahun 1960 an. Indonesia termasuk negara kedua di Asia dan Afrika setelah Jepang yang berhasil meluncurkan roketnya sendiri, yaitu roket Kartika 1 pada tanggal 14 Agustus 1964. Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa keberhasilan tersebut juga tidak terlepas dari bantuan teknis dari negara Uni Sovyet yang saat itu memang paling unggul di bidang teknologi Rudal atau roket. Sejak Indonesia membeli berbagai Rudal SAM (Surface to Air Missile) dari Uni Soviet sebenarnya pembangunan teknologi Rudal di dalam negeri sudah mulai dirintis. Namun sayangnya, Indonesia gagal melakukan alih-teknologi akibatnya, selama lebih dari seperempat abad sejak meluncurkan satelit pertamanya, Indonesia hanya bisa bertindak sebagai konsumen saja. Sementara itu, negara-negara lain justeru mulai membangun membuat serta mengembangkan teknologi Rudal dan satelit. Sebenarnya, kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke China tanggal 30 Mei 2005 lalu, yang di antaranya membicarakan kerjasama pembangunan roket atau Rudal kedua negara, merupakan peluang emas bagi Indonesia untuk membangun teknologi Rudal canggih. Di mana sebagai imbalannya Indonesia akan membeli beberapa Rudal China tersebut, dan diharapkan dalam jangka waktu 5 tahun ke depan Indonesia sudah dapat melakukan transfer of technology sistem Rudal China.
Roket Kartika 1 dan 2 


Gambar 3. Rudal SA 75 (Surface ti Air) buatan Uni Sovyet yang pernah dimiliki TNI AU
Pada tanggal 14 Agustus 1964, roket kebanggaan Indonesia Kartika 1 dengan berat 220 kg berhasil diluncurkan dengan sukses dari stasiun peluncuran roket Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat, berselang kemudian dilanjutkan dengan peluncuran Kartika 2. Tidak banyak diketahui publik, bahwa keberhasilan peluncuran roket tersebut merupakan hasil kolaborasi atau kerjasama Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) AURI, Instansi LAPAN dan Perguruan Tinggi ITB. Bahkan kalau kita datang ke Skuadron Udara 7 Kalijati (Lanud Surya Dharma) dapat ditemukan Rudal SAM milik Uni Sovyet yang sudah diurai sebagai bahan latihan praktek perwira Angkatan Udara kecabangan roket. Rudal yang berhasil diurai tersebutlah yang menjadi cikal bakal atau embrio pembuatan Roket Kartika 1 dan 2. Namun sangat disayangkan program perintisan Rudal di Indonesia tersebut berhenti dan tidak dapat dilanjutkan kembali

Roket RX 250 LPN 

Baru kemudian pada tahun 1987 LAPAN kembali membuat roket baru diberi nama RX-250 LPN, berbahan bakar cair dan padat dengan berat 300 kg memiliki panjang 5,30 meter berdaya jangkau 70 km. LAPAN berhasil meluncurkan roket RX-250 LPN pertama kali secara mulus dari stasiun peluncuran roket Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat. Kemudian pada tahun 1995 roket kedua RX-250 LPN juga berhasil diluncurkan dengan sukses. Bisa dibilang roket RX-250 LPN merupakan roket tercanggih buatan putra-putri terbaik Indonesia saat ini. Yang mungkin perlu dikembangkan lagi adalah sistem kendali roketnya yang dilengkapi sistem radar yang modern, sehingga dapat dikembangkan menjadi salah satu Alutsista militer unggulan.
Penutup
Sebagai penutup dapat ditarik kesimpulan, bahwa kemajuan dan perkembangan teknologi persenjataan militer selalu memiliki nilai strategis dan memainkan peranan penting dalam suatu peperangan. Begitu pula dengan teknologi Rudal yang mempunyai kemampuan daya jangkau jauh serta daya hancur yang mematikan akan terus berkembang sesuai laju perkembangan teknologi militer. Sehingga penguasaan teknologi Alutsista militer menjadi mutlak sifatnya dan diperlukan oleh bangsa Indonesia dalam rangka mengurangi ketergantungan peralatan atau persenjataan militer buatan luar negeri. Indonesia yang memiliki sumber daya manusia yang handal didukung berbagai fasilitas industri strategis seperti Pindad, PT. PAL, PT.DI, LAPAN dan sebagainya, sebenarnya memiliki potensi sangat besar untuk membangun serta mengembangkan industri militer dan pertahanannya sendiri. Jangan dilupakan, bahwa Indonesia pernah mencatat sejarah emas sebagai negara ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Canada yang memiliki satelit komunikasinya sendiri yaitu satelit Palapa A1 (diluncurkan tanggal 9 Juli 1976). Indonesia juga tercatat sebagai negara kedua di Asia dan Afrika setelah Jepang yang berhasil meluncurkan roketnya sendiri, yaitu roket Kartika 1, pada tanggal 14 Agustus 1964. Catatan emas tersebut hendaknya dijadikan modal berharga bagi bangsa Indonesia untuk mengejar ketertinggalan di bidang teknologi persenjataan militer dari negara-negara lain. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri sudah mengajak segenap komponen bangsa agar mulai melakukan usaha strategis ke arah kemandirian produksi Alutsista militer dalam negeri. Karena dengan kemandirian tersebut dapat mengurangi ketergantungan Alut sista dari negara luar, serta untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya embargo militer. Nah, Pemerintah saja sudah memiliki kemauan politis (political will) untuk hal tersebut, maka tepat kiranya kita wajib mendukung agar ke depan negara Indonesia dapat sejajar dengan negara-negara maju lainnya. *) Pasi Evalnet Disinfonet Puspen TNI (Alumni Dept. Computer Science, The University of Sheffield, U.K.)
source :  www.tni.mil.id

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More